Aspek Keperilakuan Pada Akuntansi Kreatif

5:45 PM
Terima kasih berkunjungi di mohayworld, sama seperti sebelumnya masih post matkul akuntansi keperilakuan dan selamat membaca gan...

Aspek Keperilakuan Pada Akuntansi Kreatif

A.  Pengertian Akuntansi Kreatif (Creative Accounting)
Akuntasi kreatif (creative accounting) adalah suatu kegiatan memanipulasi angka-angka dalam laporan keuangan untuk menghasilkan suatu laporan keuangan yang diinginkan, untuk suatu keperluan tertentu. Akuntansi kreatif termasuk juga penjualan aset dengan dasar biaya rendah (low cost basis), pengiriman produk dalam jumlah yang luar biasa besar ketika mendekati akhir tahun, dan kegagalan menuliskan persediaan yang telah mengalami penurunan nilai.

B.  Tujuan Akuntansi Kreatif (Creative Accounting)
Tujuan-tujuan seseorang melakukan akuntansi kreatif bermacam-macam, di antaranya adalah untuk pelarian pajak, menipu bank demi mendapatkan pinjaman baru, atau mempertahankan pinjaman yang sudah diberikan oleh bank dengan syarat-syarat tertentu, mencapai target yang ditentukan oleh analisis pasar, atau mengecoh pemegang saham untuk menciptakan kesan bahwa manajemen berhasil mencapai hasil yang cemerlang.
Banyak perusahaan yang terjebak masalah creative accounting mempunyai sistem ‘executive stock option plan’ bagi eksekutif-eksekutif yang mencapai target yang ditetapkan. Secara umum, para eksekutif biasanya lebih mengenal perusahaan tempat mereka bekerja dibandingkan karyawan-karyawan di bawah mereka, sehingga para eksekutif ini dapat dengan mudah memanipulasi data-data dalam laporan keuangan (financial statement) dengan motivasi memperkaya diri mereka sendiri.

C.  Jenis-jenis Akuntansi Kreatif (Creative Accounting)
Terdapat beberapa jenis atau pola dari akuntansi kreatif (Creative Accounting) menurut Scott (1997) yang dilakukan oleh perusahaan, yaitu:
1.    Pola big bath atau taking bath
Pola ini terjadi ketika ada tekanan organisasional pada saat terjadi pergantian manajemen baru yaitu manajemen baru mengakui adanya kegagalan atau defisit dikarenakan manajemen lama dan manajemen baru ingin menghindari kegagalan tersebut.
2.    Pola income minimization
Pola ini dilakukan pada saat profitabilitas perusahaan sangat tinggi dengan tujuan agar tidak mendapatkan perhatian oleh pihak-pihak yang berkepentingan (aspek political-cost).
3.    Pola income maximization.
Dalam pola ini dilakukan maksimalisasi laba agar manajer memperoleh bonus yang lebih besar, dimana laba yang dilaporkan tetap dibawah batas atas yang ditetapkan.
4.    Pola income smoothing.
Pola ini dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi volatilitas laba bersih dan sering digunakan oleh perusahaan besar.
5.    Timing revenue and expense recognition
Teknik ini dapat dilakukan dengan cara membuat kebijakan tertentu berkenaan dengan saat atau timing suatu transaksi seperti adanya pengakuan yang prematus atas penjualan.

D.  Penyebab Akuntansi Kreatif (Creative Accounting)
Hal yang menyebabkan terjadinya creative accounting adalah karena adanya kebijakan dari perusahaan yang menyebabkan banyak pihak manajemen yang melakukan manipulasi data untuk mendapatkan keuntungan yang lebih khususnya manajer perusahaan. Manajer dalam bereaksi terhadap pelaporan keuangan menurut Watt dan Zimmerman (1986) digolongkan menjadi tiga buah hipotesis, yaitu :
1.    Bonus plan hyphotesis
Dari pola bonus ini manajer akan menaikkan labanya hingga ke atas batas minimal tadi. Tetapi jika pemilik perusahaan membuat batas atas untuk mendapatkan bonus, maka manajer akan berusaha mengurangkan laba sampai batas atas tadi dan mentransfer laba saat ini ke periode yang akan datang. Hal ini dia lakukan karena jika laba melewati batas atas tersebut manajer sudah tidak mendapatkan insentif tambahan atas upayanya memperoleh laba di atas batas yang ditetapkan oleh pemilik perusahaan.
2.    Debt-covenant hyphotesis
Fields, Lys dan Vincent [2001] mengemukakan ada dua kejadian dalam pemilihan kebijakan akuntansi, yaitu pada saat diadakannya perjanjian hutang dan pada saat jatuh temponya hutang. Kontrak hutang jangka panjang (debt covenant) merupakan perjanjian untuk melindungi pemberi pinjaman dari tindakan-tindakan manajer terhadap kepentingan kreditur, seperti pembagian deviden yang berlebihan, atau membiarkan ekuitas berada di bawah tingkat yang telah ditentukan. Semakin cenderung suatu perusahaan untuk melanggar perjanjian hutang maka manajer akan cenderung memilih prosedur akuntansi yang dapat mentransfer laba periode mendatang ke periode berjalan karena hal tersebut dapat mengurangi resiko.
3.    Political-cost hyphotesis
Perusahaan besar menghadapi biaya politis yang lebih besar karena merupakan entitas yang banyak disorot oleh publik secara umum. Para karyawan berkepentingan melihat kenaikan laba sebagai acuan untuk meningkatkan kesejahteraannya melalui kenaikan gaji. Pemerintah melihat kenaikan laba perusahaan sebagai obyek pajak yang akan ditagihkan. Sehingga pilihan yang dihadapi oleh organisasi adalah dengan cara bagaimana lewat proses akuntansi agar laba dapat ditampilkan lebih rendah.

E.  Cara Mendeteksi Akuntansi Kreatif (Creative Accounting)
Menurut Mulford dan Comiskey (2002), Terdapat beberapa atribut yang dapat digunakan dalam mendeteksi terjadinya creative accounting dalam suatu perusahaan, yaitu:
1.    Terdapat kelemahan dalam pengendalian intern (internal control)
2.    Perusahaan tidak memiliki komite audit
3.    Terdapat hubungan kekeluargaan (family relationship) antara manajemen (director) dengan karyawan perusahaan.

F.   Cara Mencegah Kecurangan dalam Praktik Akuntansi Kreatif (Creative Accounting)
Menurut Wilopo (2006), upaya menghilangkan perilaku tidak etis manajemen dan kecenderungan kecurangan akuntansi, antara lain :
1.    Mengefektifkan pengendalian internal, termasuk penegakan hukum.
2.    Perbaikan sistem pengawasan dan pengendalian.
3.    Pelaksanaan good governance.
4.  Memperbaiki moral dari pengelola perusahaan, yang diwujudkan dengan mengembangkan sikap komitmen terhadap perusahaan, negara dan masyarakat.

G.    Keperilakuan dalam Akuntansi Kreatif
Akuntansi kreatif merupakan tindakan memanipulasi data laporan keuangan untuk mendapat keuntungan lebih pada perusahaan. Hal ini pasti akan menimbulkan kecurangan pada pihak yang dapat memanipulasi data demi keuntungan sendiri.
Aspek prilaku yang perlu kita sikapi adalah bagaimana kesadaran diri terhadap tindakan yang akan dilakukan dan perlunya pengawasan maupun pengendalian dalam organisasi perusahaan untuk mencegah tindak-tindak kecurangan dalam penerapan akuntansi kreatif.

BACA JUGA :
Aspek Keperilakuan Pada Persyaratan Pelaporan dan Penganggaran Modal

Previous
Next Post »
0 Komentar

Related Post