Terima kasih berkunjungi di mohayworld, sama seperti sebelumnya masih post matkul akuntansi keperilakuan dan selamat membaca gan...
A.
Pengertian
Akuntansi Kreatif (Creative Accounting)
Akuntasi
kreatif (creative accounting) adalah
suatu kegiatan memanipulasi angka-angka dalam laporan keuangan untuk
menghasilkan suatu laporan keuangan yang diinginkan, untuk suatu keperluan
tertentu. Akuntansi
kreatif termasuk juga penjualan aset dengan dasar biaya rendah (low cost basis), pengiriman produk
dalam jumlah yang luar biasa besar ketika mendekati akhir tahun, dan kegagalan
menuliskan persediaan yang telah mengalami penurunan nilai.
B.
Tujuan
Akuntansi Kreatif (Creative Accounting)
Tujuan-tujuan
seseorang melakukan akuntansi kreatif bermacam-macam, di antaranya adalah untuk
pelarian pajak, menipu bank demi mendapatkan pinjaman baru, atau mempertahankan
pinjaman yang sudah diberikan oleh bank dengan syarat-syarat tertentu, mencapai
target yang ditentukan oleh analisis pasar, atau mengecoh pemegang saham untuk
menciptakan kesan bahwa manajemen berhasil mencapai hasil yang cemerlang.
Banyak
perusahaan yang terjebak masalah creative
accounting mempunyai sistem ‘executive
stock option plan’ bagi eksekutif-eksekutif yang mencapai target yang
ditetapkan. Secara umum, para eksekutif biasanya lebih mengenal perusahaan
tempat mereka bekerja dibandingkan karyawan-karyawan di bawah mereka, sehingga
para eksekutif ini dapat dengan mudah memanipulasi data-data dalam laporan
keuangan (financial statement) dengan
motivasi memperkaya diri mereka sendiri.
C.
Jenis-jenis
Akuntansi Kreatif (Creative Accounting)
Terdapat
beberapa jenis atau pola dari akuntansi kreatif (Creative Accounting) menurut Scott (1997) yang dilakukan oleh
perusahaan, yaitu:
1. Pola
big bath atau taking bath
Pola ini terjadi ketika
ada tekanan organisasional pada saat terjadi pergantian manajemen baru yaitu
manajemen baru mengakui adanya kegagalan atau defisit dikarenakan manajemen
lama dan manajemen baru ingin menghindari kegagalan tersebut.
2. Pola
income minimization
Pola ini dilakukan pada
saat profitabilitas perusahaan sangat tinggi dengan tujuan agar tidak
mendapatkan perhatian oleh pihak-pihak yang berkepentingan (aspek political-cost).
3. Pola
income maximization.
Dalam
pola ini dilakukan maksimalisasi laba agar manajer memperoleh bonus yang lebih
besar, dimana laba yang dilaporkan tetap dibawah batas atas yang ditetapkan.
4. Pola
income smoothing.
Pola
ini dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi volatilitas laba bersih dan sering digunakan oleh perusahaan besar.
5. Timing revenue and
expense recognition
Teknik
ini dapat dilakukan dengan cara membuat kebijakan tertentu berkenaan dengan
saat atau timing suatu transaksi seperti adanya pengakuan yang prematus atas
penjualan.
D.
Penyebab
Akuntansi Kreatif (Creative Accounting)
Hal
yang menyebabkan terjadinya creative
accounting adalah karena adanya kebijakan dari perusahaan yang menyebabkan
banyak pihak manajemen
yang melakukan manipulasi data untuk mendapatkan keuntungan yang lebih khususnya
manajer perusahaan. Manajer dalam bereaksi terhadap pelaporan keuangan menurut
Watt dan Zimmerman (1986) digolongkan menjadi
tiga buah hipotesis, yaitu :
1. Bonus plan hyphotesis
Dari
pola bonus ini manajer akan menaikkan labanya hingga ke atas batas minimal
tadi. Tetapi jika pemilik perusahaan membuat batas atas untuk mendapatkan
bonus, maka manajer akan berusaha mengurangkan laba sampai batas atas tadi dan
mentransfer laba saat ini ke periode yang akan datang. Hal ini dia lakukan
karena jika laba melewati batas atas tersebut manajer sudah tidak mendapatkan
insentif tambahan atas upayanya memperoleh laba di atas batas yang ditetapkan
oleh pemilik perusahaan.
2. Debt-covenant
hyphotesis
Fields,
Lys dan Vincent [2001] mengemukakan ada dua kejadian dalam pemilihan kebijakan
akuntansi, yaitu pada saat diadakannya perjanjian hutang dan pada saat jatuh
temponya hutang. Kontrak
hutang jangka panjang (debt covenant)
merupakan perjanjian untuk melindungi pemberi pinjaman dari tindakan-tindakan
manajer terhadap kepentingan kreditur, seperti pembagian deviden yang
berlebihan, atau membiarkan ekuitas berada di bawah tingkat yang telah
ditentukan. Semakin cenderung suatu perusahaan untuk melanggar perjanjian
hutang maka manajer akan cenderung memilih prosedur akuntansi yang dapat
mentransfer laba periode mendatang ke periode berjalan karena hal tersebut dapat
mengurangi resiko.
3. Political-cost
hyphotesis
Perusahaan
besar menghadapi biaya politis yang lebih besar karena merupakan entitas yang
banyak disorot oleh publik secara umum. Para karyawan
berkepentingan melihat kenaikan laba sebagai acuan untuk meningkatkan
kesejahteraannya melalui kenaikan gaji. Pemerintah melihat kenaikan laba
perusahaan sebagai obyek pajak yang akan ditagihkan. Sehingga pilihan yang
dihadapi oleh organisasi adalah dengan cara bagaimana lewat proses akuntansi
agar laba dapat ditampilkan lebih rendah.
E.
Cara
Mendeteksi Akuntansi Kreatif (Creative
Accounting)
Menurut
Mulford dan Comiskey (2002), Terdapat beberapa atribut yang dapat digunakan
dalam mendeteksi terjadinya creative
accounting dalam suatu perusahaan, yaitu:
1. Terdapat kelemahan dalam
pengendalian intern (internal control)
2. Perusahaan tidak memiliki
komite audit
3. Terdapat hubungan
kekeluargaan (family relationship)
antara manajemen (director)
dengan karyawan perusahaan.
F.
Cara
Mencegah Kecurangan dalam Praktik Akuntansi Kreatif (Creative Accounting)
Menurut
Wilopo (2006), upaya menghilangkan
perilaku tidak etis manajemen dan kecenderungan kecurangan akuntansi, antara
lain :
1. Mengefektifkan
pengendalian internal, termasuk penegakan hukum.
2. Perbaikan
sistem pengawasan dan pengendalian.
3. Pelaksanaan
good governance.
4. Memperbaiki
moral dari pengelola perusahaan, yang diwujudkan dengan mengembangkan sikap
komitmen terhadap perusahaan, negara dan masyarakat.
G.
Keperilakuan dalam Akuntansi Kreatif
Akuntansi kreatif merupakan tindakan memanipulasi data
laporan keuangan untuk mendapat keuntungan lebih pada perusahaan. Hal ini pasti
akan menimbulkan kecurangan pada pihak yang dapat memanipulasi data demi
keuntungan sendiri.
Aspek prilaku yang perlu kita sikapi adalah bagaimana kesadaran
diri terhadap tindakan yang akan dilakukan dan perlunya pengawasan maupun
pengendalian dalam organisasi perusahaan untuk mencegah tindak-tindak
kecurangan dalam penerapan akuntansi kreatif.
BACA JUGA :

0 Komentar