Aspek Keperilakuan Dalam Auditing

5:25 PM
Terima kasih telah berkunjung di mohayworld, seperti yang sebelum-sebelumnya matkul yang sama yaitu akuntansi keperilakuan dan monggo langsung di simak mungkin dapat membantu para agan yang membutuhkan materi yang pernah jadi tugas saya dulu.. silahkan...

Aspek Keperilakuan Dalam Auditing

>> Memotivasi Pihak yang Diaudit

Motivasi merupakan alat bantu keperilakuan terbesar bagi audit internal. Dalam teori motivasi, dikenal dengan lima kebutuhan pokok Maslow. Dua dari kebutuhan pokok tersebut adalah keinginan untuk menjadi bagian dari organisasi dan kebutuhan untuk diterima dan dikenal, sehingga dapat melayani auditor internal secara baik.
  • Kebutuhan menjadi bagian dari organisasi
Bagian audit merupakan bagian dari keseluruhan organisasi yang berdedikasi untuk memperbaiki operasi organisasi tersebut. Pihak yang diaudit dapat dijanjikan bahwa pendapat mereka akan diterima dan dipertimbangkan untuk dimasukan dalam pertimbangan keseluruhan manajemen guna memperbaiki kondisi operasi organisasi.
  • Menghormati diri sendiri dan orang  lain
Kebutuhan akan rasa dihormati ini dapat dikaitkan dengan keyakinan pihak yang diaudit untuk bertindak langsung dalam kerja sama dengan staf audit untuk mengidentifikasi bidang-bidang yang bermasalah, membantu dalam mengidentifikasi kinerja, serta mengembangkan tindakan-tindakan korektif.


>> Hubungan dengan Gaya Manajemen

Terdapat empat gaya manajemen (kepemimpinan) secara umum. Keempat gaya manajemen tersebut yaitu :
  1. Gaya mengarahkan
  2. Gaya melatih
  3. Gaya mendukung
  4. Gaya mendelegasikan
Dari empat gaya tersebut, gaya pertama dan gaya keempat merupakan gaya yang terpenting. Pada gaya pertama, auditor seharusnya mencoba untuk bekerja sama dengan seluruh manajemen dalam proses audit sehingga dapat meyakinkan pihak manajeman bahwa auditor berada di pihak mereka dan mempunyai tujuan untuk mengembangkan desain guna membantu memperbaiki operasi.

Pada gaya keempat, auditor seharusnya mengambil pendekatan bahwa mereka merupakan bagian dari tim manajemen dan bertindak sebagai rekan kerja atau konsultan.

>> Pengelolaan Konflik

Konflik sering kali membantu pencapaian tujuan audit, tetapi jika tidak ditangani lebih awal, maka konflik akan menjadi lebih tajam dan luas. Konflik dapat terjadi dalam hal – hal seperti berikut :
  1. Lingkup seperti terhadap manajemen.
  2. Tujuan sebagaimana terhadap auditor eksternal.
  3. Tanggung jawab seperti layanan manajemen.
  4. Nilai dominasi atau persepsi terhadap peran audit dari kacamata pihak yang diaudit.
Dalam bidang akuntansi, konflik dapat terjadi antara auditor yang cenderung mempertahankan profesionalismenya dan pihak yang diaudit yang cenderung mempertahankan lembaga atau keinginannya. Oleh sebab itu terdapat empat metode khusus yang secara umum digunakan untuk menyelesaikan konflik, yaitu arbitrasi, mediasi, kompromi, dan langsung.

>> Masalah – Masalah Konflik

Brink dan Witt (1982) mempunyai daftar konsep yang akan membantu untuk memperlakukan orang dengan lebih baik. Konsep-konsep tersebut adalah:
  1. Terdapat variasi umum dalam kemampuan dan sifat-sifat dasar individu, oleh sebab itu  auditor seharusnya mempertimbangkannya dalam kaitannya dengan karyawan pihak yang diaudit.
  2. Keberagaman perasaan-perasaan dan emosi, sehingga auditor seharusnya  mengidentifikasi keberagaman perasaan dan mencoba menangani hal tersebut secara efektif.
  3. Keberagaman persepsi. Staf pihak yang diaudit tidak memandang dengan cara yang sama seperti yang dilakukan oleh staf audit.
  4. Ukuran kelompok pihak yang diaudit dapat berpengaruh pada hubungan. Auditor diharuskan untuk memodifikasi pendekatan secara teknis ketika menghadapi kelompok yang lebih luas.
  5. Pengaruh dari berbagi situasi operasi sebagai suatu variasi akhir. Setiap perubahan situasi mempengaruhi perasaan dan tindakan seseorang, auditor seharusnya memasuki variasi ini ke dalam pertimbangannya pada hubungan interpersonal.
>> Karakteristik Umum Individu

Sifat yang muncul pada berbagai tingkatan dalam setiap individu dari pihak yang diaudit, meliputi:
  1. Menjadi produktif, sibuk pada pekerjaan-pekerjaan yang bermakna.
  2. Mempunyai dorongan ke arah dedikasi terhadap suatu usaha yang dianggap penting.
  3. Mempunyai keinginan untuk melayani dan memberikan bantuan kepada individu lain.
  4. Bebas untuk memilih guna mendapatkan independensi dan kebebasan pilihan.
  5. Memiliki sifat yang adil dan jujur.
  6. Memiliki bias pada diri sendiri, tercermin pada sikap yang lebih suka dipuji dibandingkan dengan dikritik.
  7. Mencari kepuasan diri sendiri.
  8. Memiliki nilai untuk mendapatkan imbalan atas usaha-usahanya.
  9. Bersikap seperti orang-orang yang patuh dan dapat beradaptasi secara baik.
  10. Menjadi bagian dari tim yang sukses.
  11. Memiliki rasa haru atas bencana yang menimpa orang lain.
  12. Memiliki keterkaitan pada pemaksimalan kepuasan diri sendiri.
  13. Lebih cenderung untuk sensitif dibandingkan dengan membantu orang.
>> Kesadaran Pada Diri Sendiri

Dalam suatu situasi dimana banyak hubungan interpersonal, hal terpenting adalah untuk menyadari dan memegang teguh keseimbangan serta untuk memandang diri sendiri sebagaimana orang lain memandangnya (Ratcliff et al., 1988). Elemen-elemen utama tersebut adalah:
  1. Adanya pengetahuan terhadap kekuatan dan kelemahan orang lain dalam hubungan secara mental, fisik, emosional, dan karakteristik pribadi.
  2. Rasa memiliki terhadap produktivitas dan kepuasan kelompok kerja.
  3. Kesadaran terhadap perintah dasar dalam lingkungan relatif yang dimiliki seseorang, dimana orang tersebut harus menyesuaikan diri dengan kelompok organisasi yang luas.
  4. Suatu keinginan untuk melayani kebutuhan-kebutuhan orang lain.
  5. Suatu perasaan memiliki atas produktivitas yang didasarkan pada ego seseorang.
  6. Suatu perasaan keterpaduan yang berasal dari kepercayaan bahwa seseorang berpartisipasi dalam suatu lingkungan secara etis.
>> Komunikasi Secara Efektif
Komunikasi ini terdiri atas wawancara, musyawarah, laporan lisan, laporan tertulis. Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk menciptakan kominikasi yang efektif adalah:
  1. Jangan bicara atau menulis dalam bentuk langsung sebab auditor bukanlah bagian dari manajemen.
  2. Jangan menggunakan istilah-istilah yang berimplikasi pada kesalahn-kesalahan kerja dari pihak yang diaudit.
  3. Jangan menjadikan pihak yang diaudit sebagai pokok bahasan, baik secara verbal atau tertulis.
  4. Pertimbangkan sifat ego pihak yang diaudit ketika memberi saran.
  5. Menjaga laporan dan memberikan keadilan.
  6. Jangan berargunen mengenai moralitas.
  7. Mengaitkan dengan kondisi lingkungan ketika mencari penyebab dari temuanya.
  8. Sepanjang proses penyusunan laporan mengizinkan pihak yang diaudit untuk mengungkapkan pendapatnya.
  9. Sopan dengan seluruh karyawan pihak yang diaudit dan menyambut manajemen pihak yang diaudit dengan rasa hormat.
  10. Melakukan pertemuan dan wawancara di kantor pihak yang diaudit.
  11. Mempertimbangkan kemungkinan tekanan yang muncul dalam diri pihak yang diaudit.
>> Pelaksanaan Audit Partisipasi

Selain masalah perilaku pihak yang diaudit, auditor internal juga perlu memahami budaya organisasi. Porter et al. (1985) mengatakan bahwa budaya organisasi mempengaruhi sikap dan perilaku auditor. Elemen-elemen keperilakuan dalam audit partisipasi:
  1. Pada awal audit, tanyakan pada pihak yang diaudit bidang mana yang akan diaudit.
  2. Bangun suatu pendekatan kerja sama dengan staf pihak yang diaudit dalam menilai pemrograman dan pelaksanaan audit.
  3. Peroleh persetujuan dan rekomendasi untuk tindakan koreksi.
  4. Dapatkan persetujuan atas isi laporan.
  5. Memasukkan informasi nyata pada laporan audit.

BACA JUGA :

Aspek Keperilakuan Pada Persyaratan Pelaporan dan Penganggaran Modal

Previous
Next Post »
0 Komentar

Related Post